Minggu, 01 Maret 2009

Seiko Chronometer: The story behind

Mungkin anda pernah melihat atau memiliki sebuah Seiko high-end antik dengan tulisan chronometer pada dialnya (contoh gambar seiko chronometer dibawah). Sebelumnya saya berpendapat mungkin seiko membawa produk-produk high-end nya untuk di uji di Swiss guna mendapatkan sertifikat Chronometer. Namun ternyata Seiko tidak pernah melakukan itu.

Gambar Seiko chronometer ini dipinjam dari forum seiko di Timezone dan merupakan property dari Kohei (moderator).

Seiko menggunakan kata 'Chronometer' khusus untuk jam-jam yang memiliki presisi tingi dan digolongkan dalam high-end seiko sampai tahun 1967. Pengujian dilakukan di laboratorium 'French Chronometer Standard' yang memiliki kesamaan dengan sistem pengujian chronometer di Swiss. Mereka melakukan sendiri pengujian terhadap jam-jam high end mereka dan juga mengeluarkan sertifikat untuk hasilnya. Gambar dibawah adalah contoh sertifikat chronometer yang dikeluarkan tahun 1966 oleh laboratorium itu.


Kegiatan yang semula dianggap sah-sah saja akhirnya berhenti setelah COSC Swiss tidak mengakui pengujian yang dilakukan tanpa sepengeahuan mereka dan menuntut Seiko untuk menghentikan semua pengujian dan penggunaan nama Chronometer pada setiap jam high end mereka. Hal ini dikarenakan nama 'Chronometer' adalah copyright dari COSC Swiss.
Pada tahun 1970 terjadi perubahan. COSC akhirnya membuka perwakilan sertifikasi dan mulai melakukan pengujian movement-movement jam di Jepang karena pada masa itu Seiko semakin produktif mengeluarkan jam-jam high-end seperti Grand Seiko dan King Seiko. Keputusan COSC ini semakin memperkuat jam-jam Jepang dalam memasarkan produknya ke pasar luar Jepang terutama Amerika dan Eropa yang selama ini selalu menyepelekan produk-produk jam Jepang. Penggunaan nama 'chronometer' ini pula sebagai alat ampuh Seiko dalam memposisikan produk high-end nya sama dengan jam-jam buatan Swiss.
Beberapa jam high-end seiko seperti contoh Seiko KS dibawah memang diposisikan untuk pasar non Jepang. Khusus jam-jam dalam kategori ini tidak lagi menggunakan inisial KS pada dialnya dan mengutamakan tulisan 'Chronometer Officially Certified'. Casing juga menggunakan lapisan emas (gold capped) aga sesuai dengan selera masyarakat di Eropa dan merika.



Pada tahun 1986, COSC menutup kantor perwakilanya di Jepang karena semakin sedikit jam-jam yang diuji dan mendapatkan sertifikat chronometer. Hal ini juga diakibatkan karena semakin gencarnya produksi jam-jam quartz yang tidak membutuhkan uji presisi ini.

Ada satu jenis Seiko KS yang bertuliskan 'Special' pada dialnya. Jam ini memang special karena diuji dan di-adjust jauh lebih baik dari uji jam yang lain. Versi 'Special' ini mengunakan automatic cal. 52XX-6000 dan merupakan salah satu automatic high-end movement terbaik yang pernah dibuat oleh Seiko. Gambar dibawah adalah salah satu contoh versi 'Special' KS date. Gambar ini saya ambil dari forum seiko Timezone dan pemiliknya adalah Kohei sang moderator forum.



Pada masa COSC masih melakukan pengujian chronometer di Jepang, Seiko tidak menyia-nyiakan kesempatan dengan membuatnya sebagai alat marketing yang ampuh untuk membuka pasar ke luar Jepang. Gambar dibawah adalah salah satu contoh brosur yang digunakan oleh Seiko chronometer untuk mempromosikan produknya.



Kamis, 26 Februari 2009

Pengalih perhatian: Lukisan!

Saat-saat ini adalah masa jenuh saya yang kedua. Pada masa jenuh yang pertama beberapa tahun lalu saya menjual sebagian besar koleksi jam antik saya dan saat itu rasanya sudah malas untuk melanjutkan hunting dan kumpulin jam antik lagi. Tapi ternyata saya hanya jenuh saja dan begitu tahu koleksi saya banyak yang sudah hengkang rasanya agak menyesal juga...

Untuk masa jenuh yang kedua ini saya tidak lagi menjual jam-jam antik saya tapi saya taruh saja di koper dan tidak saya lihat lagi (untuk sementara). Untungnya ada 'pengalih perhatian' dari hobby utama yaitu mencari dan mengumpulkan barang pecah belah antik (lihat posting sebelumnya) dan yang paling gres adalah lukisan!

Pada dasarnya saya mengemari lukisan sejak kuliah dulu, ini karena teman tetangga saya di yogya adalah pelukis lulusan ISI Yogya. Kegemaran akan lukisan mulai lagi sejak bulan lalu saat berkunjung ke tempat pengumpul barang antik di Bogor. Saat itu saya lihat ada beberapa lukisan kecil yang menurut saya menarik karena goresan pada canvas sangat ekspresif. Dari cerita si pemilik lukisan, seniman yang melukis lukisan itu dulunya pernah dirawat di Rumah sakit jiwa karena itu banyak orang yang mengatakan (mungkin berseloroh) bahwa si pelukis ini adalah Van Gogh-nya Indonesia (aya-aya wae...) .

Sudah banyak hasil karyanya yang dibeli oleh para pengemar lukisan dari Bali dan luar negeri. Dalam katalog lelang Sidharta beberapa karyanya juga sering dipajang dan dilelang. Kebisaannya dalam melukis adalah otodidak dan goresannya dalam melukis sangat ekspresif. Dia lebih sering melukis dengan cara menggores dan bukan mengoles dengan mata kuas karena itu goresannya sangat terasa ekspresif. Nama pelukisnya Somad, karena dulu tinggal disebelah pabrik es makanya sering disebut dan dipanggil Mades. Lukisan dibawah adalah salah satu contoh karyanya dalam ukuran 30X40cm, berupa lukisan anak-anak sedang bermain.


Dibawah ini adalah karya teman saya di Yogya, Petro. Semula lukisan ini tidak mau dijual karena memiliki nlai sentimentil tinggi. Lukisan ini dibuat saat ulang tahun pelukis terkenal Alm. H.Widayat di Magelang. Saat itu banyak pelukis yang diundang ke rumah beliau untuk melukis bersama. Setiap pelukis diberi kanvas besar sekalia dengan cat minyaknya yang berkualitas tinggi. Saat itu Petro berinisiatif untuk meminta sang tuan rumah Alm H. Widayat untk ikut serta menggoreskan kuasnya disisi kiri dan dan sisi kanan Petro meminta kepada Kartika Affandi (putri maestro Alm.Affandi) untuk juga menggoreskan kuasnya. Setelah mereka berdua selesai baru Petro menggabungkan keduanya dengan goresannya sendiri. Judul lukisan ini 'About last night' dan berukuran sekitar 1,2X1,4m.


Lukisan buah dibawah ini adalah karya Wardoyo. Alirannya realis dan memang buah jambunya menggiurkan banget. saat saya bawa pulang ke rumah semua berkomentar sama..lukisannya bagus. Ukuran juga cukup besar sekitar 90X100cm.


Lukisan dibawah adalah karya Parsono. Pelukis muda jebolan sanggar Jatiwangi. Sekarang Parsono lagi demen melukis suasana panen. Pelukis otodidak yang dikembangkan oleh seniman senior Fadoli. Semua lukisannya bersertifikat dan juga sudah masuk balai lelang Sidharta.



Anak bungsu saya bergaya di depan salah satu karya Parsono yang lain (panen juga).


Perlu penataan khusus agar sebuah lukisan bisa tampil lebih menarik.


ENICAR Sherpa Guide GMT

Sekali waktu kita akan banyak melihat jam Enicar Sherpa dijual di tempat-tempat jualan jam bekas, sekali waktu lagi menghilang. Biasanya kalau kondisi seperti itu berlaku untuk jam palsu. Saat pasokan datang, akan banyak ditemui jam tersebut kemudian menghilang.
Dari semua Enicar yang saya lihat dan ditawari ke saya tidak ada yang palsu, semua asli. Memang kondisi yang bagus dan mulus bisa dihitung dengan jari, rata-rata kurang mulus atau jam-nya bermasalah, seperti jarum GMT tidak berfungsi atau malah tidak ada atau inner bezel tidak bisa berputar dll. Salah seorang teman pedagang jam bekas mengatakan bahwa jam-jam Enicar yang banyak ditemukan itu biasanya bersumber dari 1 orang dari Makassar. Awalnya saya kira bergurau tapi ternyata ini serius.

Orang ini, si pembawa begitu banyak Enicar- memang hanya datang ke Jakarta dan menjual jam-jam antik cuma Enicar. Alasannya kaena hanya jam ini yang dia mengerti betul sehingga tidak takut dibohongi. Saat ditanya apa ngak pernah dapat jam yang lain? dia bilang sering ditawari tapi nggak mau ambil karena ya itu tadi...ngak ngerti jam lain kecuali Enicar Sherpa..oalaahh..


Saya berulang kali beli Enicar sherpa guide baik yang 'berkaki' maupun 'tidak berkaki' atau lugs pendek. Tapi semuanya saya hibahkan ke orang-orang yang memang ternyata gemar sekali jam ini karena ukurannya yang jumbo dan penampilanya yang atraktif. Sampai akhirnya saya sadar bahwa saya tidak punya Enicar sherpa satupun!..
Beberapa minggu lalu saat mengunjungi teman pedagang jam, dia mengeluarkan sebuah jam Enicar sherpa yang masih bagus kondisinya. Tinggal satu, katanya. Karena saya memang sudah tidak punya lagi jam seperi ini, tawaran itu langsung saya iyakan, dan kondisinya memang masih bagus terutama warna inner bezel-nya yang meriah!...



Kondisi caseback juga relatif masih bagus dan mulus untuk jam berusia lebih dari 40 tahun ini. Kondisi bezel yang bertuliskan nama-nama negara juga terlihat belum begitu banyak tergerus oleh gesekan.


Alhasil, pulang kantor hai itu ditangan saya sudah terpasang jam sper jumbo Enicar Sherpa dengan dial yang atraktif.


Minggu, 22 Februari 2009

FORTIS Pilot Automatic Chronograph 35mm

Fortis dikenal sebagai salah satu jam bagi kegiatan aviasi bahkan juga sebagai jam resmi para kosmonot rusia. Sebenarnya saya bukanlah penggemar Fortis, namun ketika salah seorang penggemar jam teman baik saya meminta saya untuk memperbaiki sekaligus merawat jam ini saya langsung mengiyakan.


Penampilan jam ini menurut saya cukup sederhana dan tampilan sebagai jam penerbang begitu kental. Fortis mengeluarkan 2 jenis jam Pilot seperti ini dengan perbedaan pada diameter. Jam dalam koleksi saya ini berdiameter 35mm (ref 622) dan tipe yang lain berdiameter 40mm (ref 579) dengan ketebalan casing sama yaitu sekitar 16mm. Jadi dengan diameter 35mm dan tebal 16mm, tampilan jam jadi sedikit 'aneh' karena kelihatan tebal sekali.


Tali kulit jam ini merupakan salah satu tali kulit terbaik yang pernah saya lihat dan rasakan. Talinya tebal dan terasa kokoh dengan white stiching line yang mempertegas kesan sporty-nya. Mungkin ketebalan ini untuk menyiasati tebal casing agar masih tetap nyaman dipakai.

Casing terbuat dari steel dengan finishing brushed titanium sehingga tidak terlihat mengkilat dan menurut saya jam-jam militer dan pilot memang seharusnya berwarna demikian. Karena dimensinya yang kecil, jam ini jadi lebih sering dipakai istri...