1. Menurut saya dunia arloji antik tidak berkembang. Indikasinya adalah sebagai berikut:
Ketersediaan arloji antik semakin lama semakin berkurang. Dibandingkan dengan keadaan 5 tahun yang lalu, terasa jauh sekali perbedaannya. Mengapa demikian?
(a) karena arloji antik tidak lagi diproduksi, jadi wajar saja semakin lama akan semakin habis.
(b) karena arloji antik banyak sekali dibeli oleh pedagang luar dan orang-orang kita yang kadang secara borongan menjual langsung keluar, jadi ketersediaan di dalam negeri secara perlahan juga tergerus.
Pasar arloji antik dari sisi konsumen hanya kuat di Eropa dan Jepang. Karena itu, pedagang dari kawasan lain (Malaysia, Vietnam dan Thailand) sudah lama mencari arloji antik di Indonesia untuk dipasarkan kembali ke kawasan Eropa dan Jepang. Saya kira di ketiga negara asal pedagang itu (termasuk juga Singapura) pasar domestik mereka tidak begitu kuat. Dan mereka hanya berlaku sebagai negara pemasok saja dan konsumen mereka sebagian besar dari luar negara mereka atau juga konsumen domestik yang benar-benar berduit dan gila arloji antik. Tapi jangan salah, walau hanya sebagai pemasok, margin keuntungan yang mereka dapatkan cukup tinggi juga.
OK, kalau ketersediaan arloji antik makin berkurang mengapa kita masih mememui arloji antik di pasaran kita? Jawabannya kemungkinan seperti beriku:,
(a) masih ada barang-barang dari daerah lain (jawa timur, jawa tengah dll) meskipun kondisinya sering tidak utuh (kondisi mati, dial jelek, komponen hilang dll)
(b) masih banyak barang yang berada di tangan kolektor, kadang-kadang mereka juga melepas ke pasar dengan berbagai alasan (bosan, punya double, butuh duit dll),
(c) banyak barang re-kondisi, aspal, frankenwatch, kanibal, atau apapun namanya masuk pasar. Jadi seolah olah "masih banyak barang di pasaran" tetapi menurut saya orisinalitasnya meragukan.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaN9965TUI_hbd45AzBfNsIU6C-uR9Z1OpLMqIufm2rE0H0KQdcL3f7Krs-bwQDXHZ1TBNWdiO4fXy0cCo9QR0hTnNaP99FenkSQScjXh5wQegGN8osTsds9esW0dXQcSG0dst7GZYuPw/s400/100_1933.jpg)
C. Dunia arloji antik tidak berkembang karena keadaan ekonomi secara umum lesu. Harga arloji antik sangat tinggi untuk ukuran pendapatan rata rata orang Indonesia (untuk merek-merek tertentu), sehingga daya beli cenderung sensitif.
D. Penggemar arloji antik masih berorientasi kepada merk (khususnya Rolex), sehingga merk di luar Rolex sulit mendapat tempat. Sebenarnya hal ini terkait dengan butir C di atas. Karena alasan ekonomi, penggemar lebih cenderung mengoleksi yang nilai ekonominya lebih menguntungkan. Kalau punya Rolex, begitu butuh uang gampang dicairkan. Jadi sifat dunia arloji kita masih 90% berorientasi kepada profit seeking. Kaum spekulan dan pedagang lebih dominan daripada yang benar-benar penikmat.![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHLORkdgFreLxuZQaFo7rNW1E_AXoaAZ4Rg6o6RoUTgzBMhFTrsKi8ZepGbIWkBD1tLyPPU4t0yv1nYnS2AFWnLnLvQ6790zKGzmU6IgVzSPZI2BZoGo1WmlcTQZHA0CpcYkQshzxkyFU/s400/100_1680.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGVa3YmZGqwpgBlbiGdU66ybyeI17WEYp4_GZu6D15Plma8ZPYuSlg1-sepH5aO3392ygtZCl-ljY78L_IWJxiNTz_ArIZ4inyumNzCE5v6hIZzr6Dretp2mHccjn_wgp-KtygMoukoLA/s400/100_2006.jpg)
Posting ini ditulis oleh Bang Marga, seorang penikmat dan pemerhati arloji antik yang tinggal di Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.