Rabu, 16 November 2011

Ketika Alam Semesta Belum Ada

Pada jaman dahulu kala, pengetahuan manusia mengenai alam semesta sangatlah terbatas. Peralatan untuk meneliti  angkasa  tidaklah  secanggih  sekarang.  Karenanya,  kadangkala  manusia  berpikir  yang  aneh-aneh tentang  munculnya  alam  semesta.  Pendapat  bahwa  alam  semesta  itu  ada  dan  selalu  ada  merupakan  yang paling “lucu”. Sebelum manusia memiliki teleskop dan peralatan lain untuk mengamati angkasa, banyak yang mengatakan dengan sekehendak hatinya bahwa alam semesta ini tak memiliki permulaan, namun telah ada dan akan terus ada selamanya.
Tentu saja itu tidak  masuk akal! Rumah dan juga sekolahmu dibangun pada suatu waktu tertentu. Bahkan tulisan  yang  sedang  kamu  baca  ini  pun  ditulis  pada  suatu  waktu  tertentu.  Seperti  halnya  kamu,  ibu  dan ayahmu  memiliki  hari  lahir.  Berarti  segala  sesuatu  baik  benda  hidup  maupun  tidak,  muncul  pada  waktu tertentu. Pernyataan “alam semesta tidak memiliki asal mula, karena ia selalu ada”, sangatlah menggelikan. Tak seorangpun mempercayai pernyataan tersebut sekarang. 
Kami akan  memberimu sebuah contoh: suatu pagi  kamu berjalan ke sekolah, anggap kamu  memalui  jalan lain  dan  menemukan  sebuah  patung.  Apa  yang  kamu  pikirkan?  Tentu  kamu  akan  berpikir, “seorang pemahat telah membuat patung tersebut dan menaruhnya disitu,” benarkah demikian? Bagaimana kalau ada seorang  kawanmu  yang  berkata,  ”Tidak,  patung  ini  selalu  ada  di  sini,  tidak  ada  seorangpun  yang memahatnya.”? Mungkin kamu akan berkata padanya, “Jangan bercanda! Setiap karya seni pasti ada yang membuat!” Iya kan?
Orang-orang  yang  menganggap  bahwa  alam  semesta  ini  selalu  ada  memiliki  pikiran  yang  lebih menggelikan  daripada  kawanmu  yang  mengatakan  bahwa  patung  itu  memang  selalu  ada  di  sana.  Sebuah patung  hanyalah  batu  yang  dipahat,  sedangkan  alam  semesta  memiliki  banyak  sekali  benda-benda  langit dan sistem yang jauh lebih rumit dan ruwet daripada sebongkah batu. 
Berkat  penemuan  astronomi,  semakin  jelas  pula  kesalahan  pernyataan  bahwa  alam  semesta  selalu  ada. Penyelidikan  tersebut  menunjukkan  bahwa,  sebagaimana  benda  lainnya,  alam  semesta  pun  memiliki  asal mula.
Orang pertama yang membuktikan bahwa alam semesta memiliki awal mula adalah seorang astronom yang bernama  Edwin  Hubble.  (Ingat  ya,  astronom  adalah  orang  yang  mempelajari  ruang  angkasa,  bintang,  dan galaksi).  Pada  suatu  hari  di  tahun  1929,  dengan  menggunakan  teleskop  berukuran  raksasa,  ia  mendapati bahwa bintang-bintang itu bergerak.
Gerakan  mereka  bukanlah  pergerakan  yang  biasa.  Bintang-bintang  terus  menerus  bergerak  menjauhi  kita. Selain itu, mereka juga bergerak saling menjauh satu dengan lainnya. Bila segala sesuatu yang ada di dalam alam semesta bergerak saling menjauh satu sama lain berarti alam semesta terus-menerus bertambah besar.  Belum  genap  seratus  tahun  manusia  memahami  hal  tersebut.  Sekarang,  semua  ilmuwan  sepakat  bahwa bintang-bintang bergerak saling menjauh satu sama lain sebagaimana mereka juga bergerak menjauhi bumi.  Pergerakan bintang-bintang tersebut memberikan informasi yang sangat penting mengenai penciptaan alam semesta. Kenyataan bahwa bintang-bintang saling menjauh satu dengan yang lainnya menunjukkan bahwa dahulu kala mereka itu saling berdekatan. Menurut para ilmuwan, 15 milyar tahun yang lalu alam semesta
merupakan  suatu  titik  tunggal  sebesar  ujung  jarum.  Alam  semesta  kita  ini  muncul  ketika  titik  kecil  tadi
meledak. 
Sekarang ayo kita tuliskan apa saja yang telah kita ketahui: 
  • Bintang-bintang terus-menerus bergerak
  • Bintang-bintang selalu bergerak menjauhi kita 
  • Jika  kita  dapat  memutar  mundur  waktu,  kita  akan  melihat  bahwa  bintang-bintang  tersebut  akan terus saling mendekat. Hingga akhirnya seluruh alam semesta berkumpul dalam suatu titik. 
Jika  kita  lanjutkan  terus,  titik  tersebut  akan  menghilang.  Berarti  alam  semesta  muncul  dari  sesuatu  yang
tidak ada: Allah telah menciptakannya. Mungkin kamu akan lebih memahami makna “ketiadaan” dengan menjawab tiga pertanyaan sederhana berikut ini:
  1. Berapa usiamu setahun yang lalu? Kamu mungkin menjawab “setahun lebih muda.” 
  2. Jika  kamu  menghitung  mundur  usiamu  dari  tahun  ke  tahun,  umur  berapa  yang  terakhir  kamu dapatkan? Jawabanmu pastilah “satu.” Setahun setelah kelahiranmu, kamu berusia satu tahun. Ketika kamu dilahirkan tentunya kamu belum memilioki usia. Jadi bisa dianggap sebagai “usia ke nol.” 
  3. Pikirkan sejenak tahun sebelum kamu dilahirkan! Berapa usiamu saat itu? Dimana kamu saat itu? Seharusnya kamu jawab dengan mengatakan, “Aku tidak ada di sekitar itu.” Kamu tidak ada sebelum ibumu hamil. 
Jika  kita  juga  memutar  mundur  waktu  untuk  badanmu,  kamu  akan  tahu  bahwa  badanmu  pun  akan  hilang diakhir putaran waktu. Setiap kita kembali ke masa lalu, badanmu akan mmengecil dan menjadi lebih kecil lagi, sampai akhirnya  kamu  menjadi seorang bayi dalam rahim  ibumu. Jika kita teruskan  lagi,  kamu akan sampai pada saat di mana ibumu belum hamil. 

Jadi,  alam  semesta  tidak  ada  sebelum  diciptakan  oleh  Allah.  Jika  kita  memutar  mundur  waktu,  alam semesta  akan  menjadi  lebih  muda.  Ia  akan  mengecil,  hingga  berupa  sebuah  titik  kecil  tak  berarti  dan akhirnya lenyap. Semua itu menandakan bahwa alam semesta telah “diciptakan.” Sementara  itu,  ayo  kita  mengingat  kembali  kata  “penciptaan”  yang  kita  pakai  untuk  menjelaskan munculnya  sesuatu  menjadi  ada  dari  ketiadaan.  Hanya  Allah  yang  mampu  menjadikan  sesuatu  dari ketiadaan. Jadi, hanya Allah yang mampu “menciptakan” sesuatu. Manusia juga mampu membuat suatu benda  yang  sebelumnya  tak  ada.  Misalnya,  mereka  bisa  melukis  suatu  gambar.  Mereka  bisa  membuat kapal.  Namun  sebenarnya  manusia  dapat  membuat  sesuatu  itu  dengan  menggunakan  bahan-bahan  yang telah tersedia di bumi dan dengan mencontoh apa-apa saja yang telah ada di bumi. Karena itu, kita tak bisa menyebutnya sebagai “penciptaan.” Penciptaan adalah menjadikan sesuatu “ada” dari sesuatu yang “tiada” tanpa contoh sebelumnya. Allah telah menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini, termasuk bumi, dari sesuatu yang tak ada. 
Manusia  mencontoh  apa  saja  yang  telah  diciptakan  Allah,  bahkan  ketika  manusia  melukis  sesuatu.  Jika kamu diminta menggambar pemandangan diatas kertas, apa yang akan kamu gambar? Tentunya kamu akan menggambar  matahari,  gunung,  pohon-pohon  hijau,  pelangi  dan  lautan.  Bagaimanapun,  pernahkah  kamu berpikir  bahwa  tak  mungkin  kamu  menggambar  sebatang  pohon  jika  kamu  belum  pernah  melihatnya? Bayangkan  tentang  seseorang  yang  telah  buta  sejak  lahir.  Ia  hanya  tahu  bahwa  matahari  itu  bulat  dan terang,  jika  seseorang  menjelaskan  kepadanya.  Ia  hanya  akan  memiliki  gambaran  tentang  sesuatu  jika  ia melihatnya. 
Sebagaimana  contoh-contoh  yang  telah  diperlihatkan,  hanya  Allah-lah  yang memiliki  kekuatan  untuk  menciptakan  sesuatu  tanpa  contoh  sebelumnya.  Alqur’an, Kitab Allah yang dikirimkan bagi seluruh umat manusia sebagai pedoman, mengatakan pada kita: 

Dialah Pencipta langit dan bumi … (QS. Al-An’am:101)

Sekarang,  saatnya  kita  belajar,  bagaimana  Allah  menciptakan  alam  semesta.  Kamu  harus  bersungguh-sungguh mendengarkan bagaimana suatu peristiwa besar terjadi.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.