Mikroelektronika merupakan dunia teknologi yang saat ini berkembang pesat. Didorong oleh berbagai kebutuhan manusia, saat ini teknologi mikroelektronika menempati kedudukan yang cukup penting. Televisi, radio, kaset, mesin pintar komputer hingga pesawat udara bertumpu pada teknologi mikroelektronika. Penguasaan teknologi mikroelektronika akan membuka peluang dalam berkompetisi di dunia industri nasional maupun internasional. Bertumpu pada teknologi mikroelektronika, Amerika Serikat, Jepang dan Eropa saat ini memimpin perkembangan teknologi dunia. Tanpa terasa kedudukan negara-negara maju diatas, mulai terancam oleh berbagai negara dikawasan pinggiran Pasifik seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, dan Korea.
Indonesia dalam hal ini tidak berdiam diri melihat kompetisi yang ada. Berbagai lembaga penelitian mikroelektronika seperti PAU Mikroelektronika, Puslitbang TELKOMA-LIPI, BPPT dan sebagainya bergerak memacu diri untuk mengimbangi perkembangan yang ada dikawasan pinggiran Pasifik ini. Berbagai masalah perlu diselesaikan untuk mencapai taraf seperti yang dimiliki oleh negara-negara tetangga kita dipinggiran Pasifik. Kerjasama antara industri - perguruan tinggi - lembaga penelitian nampaknya perlu dibina dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pada kesempatan ini akan diketengahkan salah satu pendekatan untuk mengembangkan institusi dan sumber daya manusia di bidang mikroelektronika.
Pengembangan bidang elektronika di perguruan tinggi maupun industri Indonesia saat ini masih bertumpu pada kemampuan menggunakan rangkaian elektronis terintegrasi yang ada dipasaran. Rangkaian elektronis terintegrasi ini umumnya dibuat oleh industri mikroelektronika di luar negeri. Dengan semakin ketatnya persaingan dunia industri mikroelektronika terasa adanya pergeseran nilai-nilai. Penguasaan kemampuan untuk merancang dan membuat sendiri rangkaian elektronis terintegrasi akan merupakan modal utama dalam menembus kompetisi dalam dunia mikroelektronika.
Konsep pengembangan industri hulu mikroelektronika yang diketengahkan oleh Prof. Dr. Samaun Samadikun sangat penting dalam merebut pasaran bebas. Pengembangan industri mikroelektronika tidak hanya bergerak dari merakit komponen menjadi peralatan elektronika seperti televisi dan radio tetapi juga bergerak dari pembuatan komponen itu sendiri. Dengan membuat sendiri komponen mikroelektronika yang paling mendasar, biaya secara keseluruhan dapat ditekan. Komponen mikroelektronika yang mendasar dapat berupa transistor atau rangkaian elektronis terintegrasi.
Untuk menjadikan industri hulu mikroelektronika kompetitif secara internasional, ada beberapa hal yang akan menjadi faktor yang cukup penting. Miniaturisasi yang dapat menghemat pemakaian bahan menjadi salah satu kunci utama dalam keberhasilan industri hulu mikroelektronika dalam mendorong industri elektronika yang kompetitif. Kebutuhan akan miniaturisasi memacu teknologi pemrosesan rangkaian elektronis terintegrasi yang mampu menyatukan ribuan bahkan jutaan transistor dalam sebuah chip silikon yang berukuran beberapa milimeter persegi saja. Kemampuan ini hanya akan diperoleh jika tenaga ahli yang ada mempunyai wawasan yang cukup luas dalam hal mikroelektronika. Dengan kata lain, faktor sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam keberhasilan teknologi mikroelektronika.
Sejauh pengetahuan penulis, saat ini hanya PAU Mikroelektronika dan Puslitbang TELKOMA-LIPI yang mampu mengolah bahan dasar Silikon menjadi transistor atau rangkaian elektronis terintegrasi. Pengalaman dari penelitian di lembaga penelitian ini akan merupakan dasar-dasar bagi industri mikroelektronika Indonesia dikemudian hari. Bertumpu pada pengalaman yang diperoleh dari penelitian di lembaga-lembaga ini, pengembangan sumber daya manusia mungkin dilakukan di Indonesia.
Proses alih informasi dari laboratorium penelitian ke bangku kuliah diperguruan-perguruan tinggi, lembaga penelitian lainnya dan industri akan memegang peranan sangat penting dalam proses pembentukan sumber daya manusia. Kelancaran aliran informasi akan mendukung penyebarluasan pengalaman dan informasi secara effektif dan effisien. Dengan terbentuknya sumber daya manusia ini, dapat kita harapkan akan adanya kelancaran pengembangan industri mikroelektronika.
Sebetulnya apa yang dilakukan di laboratorium PAU Mikroelektronika dan Puslitbang TELKOMA-LIPI bukan tidak mungkin untuk dilakukan pula ditempat lain. Terutama dengan semakin canggih dan murahnya komputer mikro, proses perancangan rangkaian elektronis terintegrasi dapat dilakukan di perguruan-perguruan tinggi maupun di industri mikroelektronika. Demikian pula halnya dengan proses pembuatan transistor atau rangkaian elektronis terintegrasi. PAU Mikroelektronika saat ini sedang meninjau teknologi gate array dengan penyinaran laser yang cukup ekonomis agar dapat terjangkau oleh industri mikroelektronika Indonesia.
Proses perancangan rangkaian terintegrasi dibantu komputer mikro yang berbiaya murah telah beberapa lama dijajaki oleh para peneliti di PAU Mikroelektronika. Dipimpin oleh Dr. Soegiardjo Soegijoko, beberapa peneliti telah berhasil membuat rangkaian elektronis terintegasi untuk pacu jantung. Teknologi gate array dirancang menggunakan komputer mikro kelas PC/AT digunakan dalam penelitian tersebut. Dari segi analisa proses pembuatan rangkaian terintegrasi, Dr. Adang Suwandi dibantu oleh beberapa peneliti telah beberapa lama mengembangkan sendiri perangkat lunak untuk menganalisa proses pembuatan dan transistor yang dihasilkan. Perangkat lunak ini dirancang untuk dapat dijalankan di komputer mikro. Ir. Irman dibantu oleh Ir. S. Reka Rio dan Prof. Dr. Samaun Samadikun, sudah beberapa lama berhasil membuat sendiri rangkaian elektronis terintegrasi menggunakan transistor jenis MOS menggunakan fasilitas pemrosesan di PAU Mikroelektronika dan Pusitbang TELKOMA-LIPI.
Beberapa pendekatan dalam penyebaran informasi telah dilakukan oleh PAU Mikroelektronika. Pendekatan ini meliputi pengadaan kuliah dan penelitian untuk tingkat paska sarjana, pengadaan berbagai internship dan lokakarya di berbagai bidang keilmuan mikroelektronika. Dengan adanya bantuan dari bank dunia, program-program diatas dapat dilakukan dengan membebankan biaya serendah mungkin bagi para peserta. Peserta ini umumnya kembali ketempatnya masing-masing yang kemudian dapat mulai mengembangkan penelitian bidang mikroelektronika dan pemgembangan sumber daya manusia di tempatnya masing-masing.
Komputer mikro yang kian hari kian canggih akan tetapi juga semakin murah, membuka peluang bagi peneliti-peneliti di perguruan-perguruan tinggi untuk merancang sendiri rangkaian elektronis terintegrasi. Diharapkan terbentuk tenaga-tenaga ahli yang dapat terjun dan mengembangkan dunia industri mikroelektronika. Keterbatasan peralatan untuk memproses rangkaian elektronik terintegrasi dapat ditanggulangi secara bersama jika fasilitas pemrosesan yang ada di PAU Mikroelektronika dan Puslitbang TELKOMA-LIPI dapat digunakan secara bersama. Untuk ini perlu dirancang sebuah tata-cara penggunaan fasilitas yang ada secara bersama.
Pengembangan sumber daya manusia akan bertumpu pada kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi. Pengkaitan proses belajar mengajar di perguruan tinggi dengan pendayagunaan fasilitas yang ada di industri dan lembaga penelitian secara bersama akan merupakan konsepsi mendasar proses pembentukan sumber daya manusia untuk mengembangkan industri mikroelektronika. Wawasan teknologi mikroelektronika diperoleh dari pengalaman merancang dan membuat sendiri rangkaian elektronis terintegrasi. Komputer mikro yang berkemampuan tinggi akan menjadi tumpuan utama bagi perguruan-perguruan tinggi ini dalam proses mengembangkan sumber daya manusia yang dibutuhkan.
Interaksi lebih lanjut antara perguruan tinggi dengan lembaga penelitian seperti PAU Mikroelektronika dan Puslitbang TELKOMA-LIPI penting artinya dalam pemrosesan rangkaian terintegrasi yang dirancang para siswa. Interaksi ini akan menjadi dasar pembentukan industri mikroelektronika. Industri mikroelektronika secara perlahan terbentuk di dorong oleh kondisi pasar yang kompetitif dengan adanya sumber daya manusia dari perguruan tinggi yang mampu mengimbangi perkembangan teknologi yang ada. Hubungan kerjasama antara perguruan tinggi - lembaga penelitian - industri mikroelektronika perlu terus dibina untuk menyiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan.
Pendekatan pengembangan sumber daya manusia perlu dipikirkan secara seksama. Melihat kondisi di Indonesia, pra-sarana komputer mikro akan merupakan alternatif yang paling ekonomis dalam mengembangkan sumber daya manusia yang dibutuhkan. Berbagai perangkat lunak maupun perangkat keras di komputer mikro untuk keperluan perancangan maupun pembuatan rangkaian elektronis terintegrasi telah dikembangkan di PAU Mikroelektronika. Hal ini antara lain dikembangkan oleh Dr. Soegiardjo Soegidjoko, Dr. Adang Suwandi dan Ir. Irman.
Adanya alternatif pra-sarana ekonomis seperti mikro komputer beserta perangkat lunak maupun perangkat keras yang dibutuhkan, pengembangan sumber daya manusia untuk membangun indusri mikroelektronika di Indonesia menjadi mungkin. Proses alih informasi yang meliputi masalah pendistribusian pra-sarana penunjang, penyebaran ilmu pengetahuan dan koordinasi pendayagunaan sarana yang ada, akan memegang peranan yang sangat penting. Hal ini memerlukan pemikiran dan penjabaran secara bersama antara pihak-pihak yang terkait. Mudah-mudahan dengan dibinanya hubungan antara perguruan tinggi - lembaga penelitian - industri, pengembangan sumber daya manusia untuk membangun industri mikroelektronika di Indonesia dapat berjalan lebih lancar.
Indonesia dalam hal ini tidak berdiam diri melihat kompetisi yang ada. Berbagai lembaga penelitian mikroelektronika seperti PAU Mikroelektronika, Puslitbang TELKOMA-LIPI, BPPT dan sebagainya bergerak memacu diri untuk mengimbangi perkembangan yang ada dikawasan pinggiran Pasifik ini. Berbagai masalah perlu diselesaikan untuk mencapai taraf seperti yang dimiliki oleh negara-negara tetangga kita dipinggiran Pasifik. Kerjasama antara industri - perguruan tinggi - lembaga penelitian nampaknya perlu dibina dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pada kesempatan ini akan diketengahkan salah satu pendekatan untuk mengembangkan institusi dan sumber daya manusia di bidang mikroelektronika.
Pengembangan bidang elektronika di perguruan tinggi maupun industri Indonesia saat ini masih bertumpu pada kemampuan menggunakan rangkaian elektronis terintegrasi yang ada dipasaran. Rangkaian elektronis terintegrasi ini umumnya dibuat oleh industri mikroelektronika di luar negeri. Dengan semakin ketatnya persaingan dunia industri mikroelektronika terasa adanya pergeseran nilai-nilai. Penguasaan kemampuan untuk merancang dan membuat sendiri rangkaian elektronis terintegrasi akan merupakan modal utama dalam menembus kompetisi dalam dunia mikroelektronika.
Konsep pengembangan industri hulu mikroelektronika yang diketengahkan oleh Prof. Dr. Samaun Samadikun sangat penting dalam merebut pasaran bebas. Pengembangan industri mikroelektronika tidak hanya bergerak dari merakit komponen menjadi peralatan elektronika seperti televisi dan radio tetapi juga bergerak dari pembuatan komponen itu sendiri. Dengan membuat sendiri komponen mikroelektronika yang paling mendasar, biaya secara keseluruhan dapat ditekan. Komponen mikroelektronika yang mendasar dapat berupa transistor atau rangkaian elektronis terintegrasi.
Untuk menjadikan industri hulu mikroelektronika kompetitif secara internasional, ada beberapa hal yang akan menjadi faktor yang cukup penting. Miniaturisasi yang dapat menghemat pemakaian bahan menjadi salah satu kunci utama dalam keberhasilan industri hulu mikroelektronika dalam mendorong industri elektronika yang kompetitif. Kebutuhan akan miniaturisasi memacu teknologi pemrosesan rangkaian elektronis terintegrasi yang mampu menyatukan ribuan bahkan jutaan transistor dalam sebuah chip silikon yang berukuran beberapa milimeter persegi saja. Kemampuan ini hanya akan diperoleh jika tenaga ahli yang ada mempunyai wawasan yang cukup luas dalam hal mikroelektronika. Dengan kata lain, faktor sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam keberhasilan teknologi mikroelektronika.
Sejauh pengetahuan penulis, saat ini hanya PAU Mikroelektronika dan Puslitbang TELKOMA-LIPI yang mampu mengolah bahan dasar Silikon menjadi transistor atau rangkaian elektronis terintegrasi. Pengalaman dari penelitian di lembaga penelitian ini akan merupakan dasar-dasar bagi industri mikroelektronika Indonesia dikemudian hari. Bertumpu pada pengalaman yang diperoleh dari penelitian di lembaga-lembaga ini, pengembangan sumber daya manusia mungkin dilakukan di Indonesia.
Proses alih informasi dari laboratorium penelitian ke bangku kuliah diperguruan-perguruan tinggi, lembaga penelitian lainnya dan industri akan memegang peranan sangat penting dalam proses pembentukan sumber daya manusia. Kelancaran aliran informasi akan mendukung penyebarluasan pengalaman dan informasi secara effektif dan effisien. Dengan terbentuknya sumber daya manusia ini, dapat kita harapkan akan adanya kelancaran pengembangan industri mikroelektronika.
Sebetulnya apa yang dilakukan di laboratorium PAU Mikroelektronika dan Puslitbang TELKOMA-LIPI bukan tidak mungkin untuk dilakukan pula ditempat lain. Terutama dengan semakin canggih dan murahnya komputer mikro, proses perancangan rangkaian elektronis terintegrasi dapat dilakukan di perguruan-perguruan tinggi maupun di industri mikroelektronika. Demikian pula halnya dengan proses pembuatan transistor atau rangkaian elektronis terintegrasi. PAU Mikroelektronika saat ini sedang meninjau teknologi gate array dengan penyinaran laser yang cukup ekonomis agar dapat terjangkau oleh industri mikroelektronika Indonesia.
Proses perancangan rangkaian terintegrasi dibantu komputer mikro yang berbiaya murah telah beberapa lama dijajaki oleh para peneliti di PAU Mikroelektronika. Dipimpin oleh Dr. Soegiardjo Soegijoko, beberapa peneliti telah berhasil membuat rangkaian elektronis terintegasi untuk pacu jantung. Teknologi gate array dirancang menggunakan komputer mikro kelas PC/AT digunakan dalam penelitian tersebut. Dari segi analisa proses pembuatan rangkaian terintegrasi, Dr. Adang Suwandi dibantu oleh beberapa peneliti telah beberapa lama mengembangkan sendiri perangkat lunak untuk menganalisa proses pembuatan dan transistor yang dihasilkan. Perangkat lunak ini dirancang untuk dapat dijalankan di komputer mikro. Ir. Irman dibantu oleh Ir. S. Reka Rio dan Prof. Dr. Samaun Samadikun, sudah beberapa lama berhasil membuat sendiri rangkaian elektronis terintegrasi menggunakan transistor jenis MOS menggunakan fasilitas pemrosesan di PAU Mikroelektronika dan Pusitbang TELKOMA-LIPI.
Beberapa pendekatan dalam penyebaran informasi telah dilakukan oleh PAU Mikroelektronika. Pendekatan ini meliputi pengadaan kuliah dan penelitian untuk tingkat paska sarjana, pengadaan berbagai internship dan lokakarya di berbagai bidang keilmuan mikroelektronika. Dengan adanya bantuan dari bank dunia, program-program diatas dapat dilakukan dengan membebankan biaya serendah mungkin bagi para peserta. Peserta ini umumnya kembali ketempatnya masing-masing yang kemudian dapat mulai mengembangkan penelitian bidang mikroelektronika dan pemgembangan sumber daya manusia di tempatnya masing-masing.
Komputer mikro yang kian hari kian canggih akan tetapi juga semakin murah, membuka peluang bagi peneliti-peneliti di perguruan-perguruan tinggi untuk merancang sendiri rangkaian elektronis terintegrasi. Diharapkan terbentuk tenaga-tenaga ahli yang dapat terjun dan mengembangkan dunia industri mikroelektronika. Keterbatasan peralatan untuk memproses rangkaian elektronik terintegrasi dapat ditanggulangi secara bersama jika fasilitas pemrosesan yang ada di PAU Mikroelektronika dan Puslitbang TELKOMA-LIPI dapat digunakan secara bersama. Untuk ini perlu dirancang sebuah tata-cara penggunaan fasilitas yang ada secara bersama.
Pengembangan sumber daya manusia akan bertumpu pada kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi. Pengkaitan proses belajar mengajar di perguruan tinggi dengan pendayagunaan fasilitas yang ada di industri dan lembaga penelitian secara bersama akan merupakan konsepsi mendasar proses pembentukan sumber daya manusia untuk mengembangkan industri mikroelektronika. Wawasan teknologi mikroelektronika diperoleh dari pengalaman merancang dan membuat sendiri rangkaian elektronis terintegrasi. Komputer mikro yang berkemampuan tinggi akan menjadi tumpuan utama bagi perguruan-perguruan tinggi ini dalam proses mengembangkan sumber daya manusia yang dibutuhkan.
Interaksi lebih lanjut antara perguruan tinggi dengan lembaga penelitian seperti PAU Mikroelektronika dan Puslitbang TELKOMA-LIPI penting artinya dalam pemrosesan rangkaian terintegrasi yang dirancang para siswa. Interaksi ini akan menjadi dasar pembentukan industri mikroelektronika. Industri mikroelektronika secara perlahan terbentuk di dorong oleh kondisi pasar yang kompetitif dengan adanya sumber daya manusia dari perguruan tinggi yang mampu mengimbangi perkembangan teknologi yang ada. Hubungan kerjasama antara perguruan tinggi - lembaga penelitian - industri mikroelektronika perlu terus dibina untuk menyiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan.
Pendekatan pengembangan sumber daya manusia perlu dipikirkan secara seksama. Melihat kondisi di Indonesia, pra-sarana komputer mikro akan merupakan alternatif yang paling ekonomis dalam mengembangkan sumber daya manusia yang dibutuhkan. Berbagai perangkat lunak maupun perangkat keras di komputer mikro untuk keperluan perancangan maupun pembuatan rangkaian elektronis terintegrasi telah dikembangkan di PAU Mikroelektronika. Hal ini antara lain dikembangkan oleh Dr. Soegiardjo Soegidjoko, Dr. Adang Suwandi dan Ir. Irman.
Adanya alternatif pra-sarana ekonomis seperti mikro komputer beserta perangkat lunak maupun perangkat keras yang dibutuhkan, pengembangan sumber daya manusia untuk membangun indusri mikroelektronika di Indonesia menjadi mungkin. Proses alih informasi yang meliputi masalah pendistribusian pra-sarana penunjang, penyebaran ilmu pengetahuan dan koordinasi pendayagunaan sarana yang ada, akan memegang peranan yang sangat penting. Hal ini memerlukan pemikiran dan penjabaran secara bersama antara pihak-pihak yang terkait. Mudah-mudahan dengan dibinanya hubungan antara perguruan tinggi - lembaga penelitian - industri, pengembangan sumber daya manusia untuk membangun industri mikroelektronika di Indonesia dapat berjalan lebih lancar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.