Hampir seratus tahun silam, kapal pesiar mewah Titanic tenggelam di  perairan Atlantik. Siapa sangka -- tiga bulan menjelang peringatan  seabad tragedi bersejarah itu, peristiwa serupa terulang di perairan  Italia. Nahas di negeri piza menimpa kapal pesiar super mewah dan  canggih Costa Concordia.
Seperti dilansir Reuters, Costa  Concordia yang membawa 4.229 penumpang, termasuk wisatawan dan kru  kapal, sedianya dijadwalkan berlayar selama tujuh hari mengarungi  perairan Mediterania. Namun baru dua jam meninggalkan pelabuhan  Civitavecchia dekat Roma, kapal mengalami gangguan di dekat Pulau  Giglio, lepas pantai Tuscan, Italia, Jumat malam waktu setempat. (Lihat videonya di sini)
Kapal  sepertinya menabrak sesuatu. Nyaris serupa dengan kisah Titanic,  tabrakan itu terjadi ketika jam santap malam. “Kami sedang makan malam  ketika sepertinya kapal menghantam sesuatu. Kemudian kami mendengar  ledakan. Gelas-gelas dan piring-piring di meja tiba-tiba jatuh ke  lantai, kapal terasa miring, dan lampu padam,” ujar seorang penumpang,  Luciano Castro.
“Selanjutnya, situasi kacau. Orang-orang  menjerit, berlarian ke sana ke mari. Di dekat saya, wanita muda yang  sedang hamil lima bulan menangis ketakutan,” kisah Castro. “Kapten kapal  berbicara lewat pengeras suara. Ia mengatakan telah terjadi kesalahan  listrik,” lanjutnya.
“Kami kemudian diperintahkan untuk  mengenakan pelampung. Kepanikan tak terhindarkan. Beberapa menit  kemudian ada bunyi peluit tujuh kali yang berarti semua orang harus  merapat ke sekoci,” kata dia. Apapun gangguan atau tabrakan itu, yang  jelas akibatnya fatal.
Awak kapal melihat tanda-tanda kapal akan  segera karam. Mereka kemudian menghubungi penjaga pantai terdekat untuk  membantu proses evakuasi penumpang. Evakuasi berjalan dalam kepanikan  karena kondisi kapal mulai miring, dan air laut mulai menggenangi salah  satu sisi di bagian dek bawah.
Di tengah ketakutan itu, ribuan  penumpang Costa Concordia diperintahkan mengenakan jaket pelampung.  Sebagian dari mereka bahkan berebut pelampung karena khawatir tidak  terselamatkan. “Saat itu saya yakin saya akan mati. Orang-orang mencoba  untuk mencuri jaket pelampung satu sama lain. Kami hanya mendapat satu  jaket pelampung untuk anak-anak,” kata Antonietta Sintolli, 65 tahun.
Sintolli  dan ribuan penumpang Costa Concordia menuturkan, mereka merasa tragedi  tenggelamnya Titanic seratus tahun silam terulang kembali pada diri  mereka. Orang-orang melompat begitu saja ke dinginnya laut demi  menyelamatkan diri, dan mereka berebut jaket pelampung dalam kepanikan.
Angel  Hogaldo, 50 tahun, seorang gitaris yang tergabung dalam kru musik di  kapal itu, sedang memainkan musik ketika kapal mulai tenggelam. Ia  akhirnya memilih melompat ke laut ketimbang berada dalam sekoci  penyelamat. Ia merasa kondisi sekoci yang terlampau penuh, sangat  berbahaya. Hogaldo pun berenang sekuat tenaga sampai ke pantai.
Sembari  menunggu bantuan, awak kapal mulai menyelamatkan sebagian penumpang  menggunakan sekoci sesuai prosedur penyelamatan. Operasi penyelamatan  berlangsung mencekam karena kemiringan kapal telah mencapai 20 derajat. 
“Kami  seperti keluar dari kapal Titanic,” kata penumpang lain, Parmegiani  Mara. “Anda bisa mengatakan langsung bahwa kapal itu menabrak sesuatu,  dan tidak ada kesalahan listrik,” tegasnya. Castro membenarkan bahwa  tidak ada seorang penumpang pun yang percaya pada keterangan kru kapal  yang mengatakan bahwa masalahnya ada pada listrik.
“Kami berada  di sekoci penyelamat selama dua jam, menangis dan berpegangan satu sama  lain,” ujar Sintolli. “Orang-orang berperilaku seperti binatang. Kami  harus menunggu terlalu lama di sekoci,” kata Patrizia Perilli, 47 tahun.
Berdasarkan  penuturan para penumpang, sebagian besar kru kapal Costa Concordia  berkebangsaan Asia, dan hanya sedikit di antara mereka yang bisa  berbahasa Italia. Akibatnya, kru kapal harus berjuang bersusah payah  dalam mengistruksikan proses evakuasi kepada penumpang.
Tiga Tewas, 40 Hilang
Sebagian  besar penumpang Costa Concordia berkewarganegaraan Italia. Namun banyak  pula wisatawan asing yang berasal dari Inggris, Jerman, Prancis,  Spanyol, dan Amerika Serikat. Tak sedikit di antara mereka yang telah  berusia lanjut. Beberapa di antaranya bahkan mengenakan kursi roda.
Reuters melaporkan,  setidaknya 3 orang tewas dalam kecelakaan kapal itu, 40 lainnya masih  dinyatakan hilang lebih dari 24 jam sesudah kecelakaan, dan 70 orang  menderita luka-luka. Ada kekhawatiran jumlah korban tewas bertambah  seiring dengan pengecekan lebih lanjut oleh tim penyelam khusus.
Penumpang  tewas belum teridentifikasi. Namun, salah satunya adalah seorang pria  65 tahun yang diyakini meninggal akibat tak tahan dengan dinginnya udara  laut di malam hari. 
Selain sekoci, sebuah helikopter dan lima  kapal lain yang berada di sekitar lokasi kejadian juga turut membantu  evakuasi. Seorang pejabat dari Costa Concordia mengatakan, 3.200  penumpang kapal dan sekitar 1.000 awak telah dievakuasi ke Pulau Giglio.  Akomodasi darurat telah disiapkan untuk mereka.
Kapten Kapal Ditangkap
Kepolisian  Italia menahan Kapten Kapal Francesco Schettino dan Perwira Pertama  Ciro Ambrosio, menyusul kecelakaan yang menimpa kapal yang mereka  nahkodai. Keduanya dituduh menjadi penyebab kandasnya Concordia. Mereka  juga dituding melakukan pembunuhan karena meninggalkan kapal lebih  dahulu, sementara para penumpang masih dalam situasi bahaya.
Sebuah  sumber mengatakan, Schettino, kapten kapal berusia 52 tahun asal  Napoli, Italia, itu telah meninggalkan kapal sekitar pukul 23.00 waktu  setempat – sekitar satu jam setelah kapal menabrak karang dan kapal  mulai tergenang air. Padahal, para penumpang Concordia sendiri baru  diselamatkan pada pukul 03.00 Sabtu dini hari.
Pihak operator  kapal mengatakan, Costa Concordia sedang dalam pelayaran rutinnya ketika  tiba-tiba menghantam karang di bawah permukaan laut. Kapten Kapal  Schettino dalam wawancara televisi menyatakan, karang itu tidak tercatat  dalam grafik maritim apapun di wilayah tersebut.
Presiden Costa  Cruises, Gianni Orotaro mengatakan, kapten kapal “melakukan manuver yang  bertujuan untuk melindungi baik penumpang maupun kru kapal.” Namun  manuver upaya penyelamatan itu dikatakan menjadi “rumit karena derajat  kemiringan kapal yang tiba-tiba.”
“Berdasarkan investigasi yang  dilakukan sejauh ini, terlalu prematur untuk berspekulasi mengenai  penyebab kecelakaan,” kata juru bicara penjaga pantai, Filippo Marini.  Costa Concordia dibangun pada tahun 2004-2005 dengan biaya US$570,7 juta  di galangan kapal Fincantieri Sestri di Italia.
Operator Costa  Concordia, Costa Crociere, termasuk salah satu unit dari Carnival Corp  & Plc – perusahaan kapal siar terbesar di dunia. Dengan kemewahan  yang ditawarkan, kapal sepanjang 259,08 meter itu memiliki tarif sekitar  £1.200 atau setara dengan Rp16,7 juta per penumpang per malam. Costa  Concordia dilengkapi sarana hiburan mewah seperti 4 kolam renang, 5  restoran, dan 13 bar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.