Setelah terpikir akan mengajak orang yang datang berziarah dari berbagai macam kabilah Arab itu beribadat kepada Allah, beberapa orang dari kalangan Quraisy datang berunding dan mengadakan pertemuan di rumah Walid bin'l-Mughira: Maksudnya supaya dalam menghadapi persoalan Muhammad itu satu sama lain mereka tidak bertentangan, dan tidak saling mendustakan mengenai apa yang harus mereka katakan kepada orang-orang Arab yang datang musim ziarah itu. Ada yang mengusulkan, supaya dikatakan saja, bahwa Muhammad itu dukun. Tetapi al-Walid menolak pendapat ini, sebab apa yang dikatakan Muhammad bukan kumat-kamit seorang dukun. Yang lain mengusulkan lagi, bahwa Muhammad itu orang gila. Walidpun menolak pendapat ini, sebab gejala atas tuduhan demikian tidak tampak. Ada lagi yang menyarankan supaya Muhammad dikatakan sebagai tukang sihir. Juga di sini Walid menolak, sebab Muhammad tidak mengerjakan rahasia juru tenung atau sesuatu pekerjaan tukang-tukang sihir.
Sesudah terjadi diskusi akhirnya Walid mengusulkan supaya kepada peziarah-peziarah orang-orang Arab itu dikatakan bahwa dia (Muhammad) seorang juru penerang yang mempesonakan1, apa yang dikatakannya merupakan pesona yang akan memecah-belah orang dengan orangtuanya, dengan saudaranya, dengan isteri dan keluarganya. Dan apa yang dituduhkan itu pada orang-orang Arab pendatang itu merupakan bukti, sebab penduduk Mekah sudah ditimpa perpecahan dan permusuhan. Padahal sebelum itu penduduk Mekah merupakan suatu contoh solidaritas dan ikatan yang paling kuat
Pihak Quraisy pada musim ziarah itu segera menyongsong orang-orang yang datang berziarah dengan memperingatkan mereka jangan mendengarkan orang itu dan pesona bahasanya. Jangan sampai mereka itu mengalami bencana seperti yang dialami penduduk Mekah dan menjadi api fitnah yang akan membakar seluruh jazirah Arab.
Akan tetapi propaganda begini tidak dapat berdiri sendiri, juga tidak dapat melawan penerangan yang mempesonakan yang sudah dipercayai orang itu. Kalau memanglah kebenaran yang dibawa oleh penerangan yang mempesonakan itu, apa salahnya orang mempercayainya? Adakah bila sewaktu-waktu orang mengakui kelemahannya dan menyatakan perlawanannya merupakan suatu propaganda yang ampuh? Di samping propaganda itu Quraisy harus punya propaganda lain lagi. Untuk propaganda itu Quraisy akan mendapatkannya pada Nadzr b. Harith. Manusia Nadzr ini adalah setannya Quraisy, orang yang pernah pergi ke Hira dan mempelajari cerita raja-raja Persia, peraturan-peraturan agamanya, ajaran-ajarannya tentang kebaikan dan kejahatan serta tentang asal-usul alam semesta. Setiap dalam suatu pertemuan Muhammad mengajak orang kepada Allah, serta memperingatkan mereka tentang akibat-akibat yang telah menimpa bangsa-bangsa sebelumnya yang menentang peribadatan kepada Allah, ia lalu datang menggantikan tempat Muhammad dalam pertemuan itu. Maka berceritalah ia kepada Quraisy tentang sejarah dan agamanya, lalu katanya: Dengan cara apa Muhammad membawakan ceritanya lebih baik daripada aku? Bukankah Muhammad membacakan cerita-cerita orang dahulu seperti yang kubacakan juga? Quraisypun lalu menyebarkan kisah-kisah Nadzr itu dengan jalan bercerita lagi sebagai propaganda atas peringatan dan ajakan Muhammad kepada mereka itu.
Sesudah terjadi diskusi akhirnya Walid mengusulkan supaya kepada peziarah-peziarah orang-orang Arab itu dikatakan bahwa dia (Muhammad) seorang juru penerang yang mempesonakan1, apa yang dikatakannya merupakan pesona yang akan memecah-belah orang dengan orangtuanya, dengan saudaranya, dengan isteri dan keluarganya. Dan apa yang dituduhkan itu pada orang-orang Arab pendatang itu merupakan bukti, sebab penduduk Mekah sudah ditimpa perpecahan dan permusuhan. Padahal sebelum itu penduduk Mekah merupakan suatu contoh solidaritas dan ikatan yang paling kuat
Pihak Quraisy pada musim ziarah itu segera menyongsong orang-orang yang datang berziarah dengan memperingatkan mereka jangan mendengarkan orang itu dan pesona bahasanya. Jangan sampai mereka itu mengalami bencana seperti yang dialami penduduk Mekah dan menjadi api fitnah yang akan membakar seluruh jazirah Arab.
Akan tetapi propaganda begini tidak dapat berdiri sendiri, juga tidak dapat melawan penerangan yang mempesonakan yang sudah dipercayai orang itu. Kalau memanglah kebenaran yang dibawa oleh penerangan yang mempesonakan itu, apa salahnya orang mempercayainya? Adakah bila sewaktu-waktu orang mengakui kelemahannya dan menyatakan perlawanannya merupakan suatu propaganda yang ampuh? Di samping propaganda itu Quraisy harus punya propaganda lain lagi. Untuk propaganda itu Quraisy akan mendapatkannya pada Nadzr b. Harith. Manusia Nadzr ini adalah setannya Quraisy, orang yang pernah pergi ke Hira dan mempelajari cerita raja-raja Persia, peraturan-peraturan agamanya, ajaran-ajarannya tentang kebaikan dan kejahatan serta tentang asal-usul alam semesta. Setiap dalam suatu pertemuan Muhammad mengajak orang kepada Allah, serta memperingatkan mereka tentang akibat-akibat yang telah menimpa bangsa-bangsa sebelumnya yang menentang peribadatan kepada Allah, ia lalu datang menggantikan tempat Muhammad dalam pertemuan itu. Maka berceritalah ia kepada Quraisy tentang sejarah dan agamanya, lalu katanya: Dengan cara apa Muhammad membawakan ceritanya lebih baik daripada aku? Bukankah Muhammad membacakan cerita-cerita orang dahulu seperti yang kubacakan juga? Quraisypun lalu menyebarkan kisah-kisah Nadzr itu dengan jalan bercerita lagi sebagai propaganda atas peringatan dan ajakan Muhammad kepada mereka itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.